Materi Persiapan Ujian Nasional Bahasa Indonesia
1.
Kalimat yang sesuai isi paragraf
2.
Kalimat tanya yang sesuai isi paragraf
3.
Persamaan kedua artikel
4.
Perbedaan aspek pembahasan teks
5.
Kalimat utama
6.
Rangkuman 2 paragraf
7.
Simpulan isi tabel
8.
Pernyataan sesuai tabel
9.
Ide pokok esay/paragraf
10. Masalah
dalam biografi
11. Hal yang
dapat diteladani dalam biografi
12. Masalah
yang diungkap dalam tajuk
13. Opini
dlm tajuk
14. Rangkuman
isi tajuk
15. Simpulan
paragraf
16. Kalimat
penjelas yang tidak padu
17. Makna
kata (kolusi, konsorsium
18. Tujuan
penulis dlm artikel
19. Fakta
dalam artikel
20. Kalimat
yg tepat melengkapi paragraf eksposisi
21. Kalimat
yg tepat melengkapi paragraf argumentasi
22. Kalimat
yang tepat melengkapi paragraf persuasif
23. Kalimat
yang tepat melengkapi paragraf deskripsi
24. Kalimat
imbauan melengkapi pidato
25. Susunan
paragraf padu
26. Latar
belakang KTI
27. Rumusan
masalah KTI
28. Perbaikan
penutup surat lamaran
29. Melengkapi
dialog wawancara
30. Menyusun
kalimat menjadi paragraf eksposisi
31. Menyusun
kalimat menjadi paragraf padu
32. Frasa
nominal
33. Frasa
bertingkat
34. Klausa
atasan/induk
35. Klausa nominal
36. Kalimat
tunggal
37. Kalimat
nominal
38. Kalimat
berpola SPK
39. Kata
berimbuhan yg tepat
40. Kata
bermakna konotatif
41. Kata
bermakna kias
42. Kata
umum
43. Kata
khusus
44. Makna
kata berimbuhan (penyelamatan
45. Kata
berhomofon
46. Kata
berpolisemi
47. Kata
bermakna sinestesia
48. Kata
bermakna peyorasi
49. Penulisan
gabungan kata
50. Perbaikan
kutipan dalam dialog drama
Ringkasan Materi
1.
Jenis
Kalimat Tanya
Ø Apa: peristiwa, kejadian, benda
Ø Di mana: tempat
Ø Kapan: waktu
Ø Siapa: orang/pelaku
Ø Mengapa: alasan
Ø Bagaimana: cara, proses, kronologis
2.
Kalimat
Utama, Ide Pokok, Simpulan, dan Rangkuman
Ø Kalimat Utama merupakan kalimat inti
yang digunakan sebagai acuan pengembangan menjadi sebuah paragraf. Kalimat
utama biasanya terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, atau gabungan
antara awal dan akhir paragraf.
Ø Ide pokok merupakan pokok masalah
yang mendasari cerita yang bersifat abstrak/implisit atau kata–kata kunci yang
terdapat dalam kalimat utama.
Ø Kesimpulan merupakan suatu pernyataan
yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan
kalimat sendiri.
Ø Rangkuman merupakan ekstrak dari
suatu tulisan, berita atau sesuatu pembahasan, sehingga bisa menyimpulkan
dengan singkat suatu tulisan, berita atau pembahasan tersebut.
Contoh:
Kebiasaan
menyontek justru akan memadamkan semangat belajar. Para penyontek biasa
berpikir untuk menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sontekan, nilai yang
diperoleh pun kadang lebih bagus dari siswa yang jujur. Nilai boleh saja bagus,
namun sebenarnya ia tidak tahu apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Ilmu
pengetahuannya tidak pernah bertambah karena rajin menyontek. Lalu apa bedanya
dengan mereka yang tidak pernah sekolah?
Kalimat
utama : Kebiasaan menyontek justru
akan memadamkan semangat belajar.
Ide
Pokok : Kebiasaan menyontek
memadamkan semangat belajar
Simpulan : Kebiasaan menyontek dapat
merugikan jati diri pelajar
Rangkuman : Kebiasaan mencontek dapat memadamkan
semangat belajar karena hanya sibuk membuat contekan, tidak memiliki
pengetahuan, dan tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak sekolah.
Saran : Para siswa harus
menghindari perilaku menyontek
Kritikan
: Tidak sepantasnya
seorang pelajar menyontek
3.
Fakta
dan Opini dalam Tajuk Rencana (Artikel)
Ø Tajuk rencana adalah artikel pokok
dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang
sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan.
Ø Artikel adalah karangan faktual
secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan
(melalui koran, majalah, buletin, dsb.) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan
fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
Ø Fakta adalah sesuatu yang tidak
diragukan lagi kebenarannya. Ciri-ciri fakta: benar-benar terjadi; waktu,
tempat, dan tanggal peristiwa jelas; diperkuat dengan angka-angka.
Ø Opini adalah sesuatu yang
kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya masih berupa pendapat. Kalimat
yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata, menurut saya,
sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya. Ciri-ciri opini: belum
terjadi (baru rencana); berupa pendapat; bersifat subjektif; keterangannya belum jelas.
4.
Bentuk,
Jenis, dan Pola Pengembangan Paragraf
Ø Bentuk paragraf terdiri atas paragraf
deduktif, induktif, dan campuran.
Ø Jenis paragraf terdiri atas paragraf
deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan narasi.
· Deskripsi berisi penggambaran
· Eksposisi berisi penjelasan
· Persuasi berisi ajakan
· Argumentasi berisi pengaruh untuk meyakinkan
pembaca
· Narasi berisi cerita/kisahan
Ø Pola pengembangan paragraf terdiri
atas paragraf generalisasi, analogi, sebab-akibat (kausal), pertentangan,
klasifikasi, ilustrasi, perbandingan.
• Generalisasi:
paragraf yang menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta khusus.
• Analogi: paragraf
yang menbandingkan dua hal berbeda, namun disamakan karena memiliki banyak
kesamaan.
• Sebab-akibat
(kausal): paragraf yang dikembangkan dengan menyampaikan sebab terlebih dahulu
dan diakhiri dengan akibat. Biasanya ditandai dengan penggunaan kata sebab,
akibat, karena, sehinnga, karena itu, akibatnya.
• Pertentangan:
paragraf yang berisi pertentangan yang biasanya ditandai dengan kata
tetapi,akan tetapi, melainkan, walaupun, meskipun, namun, dan kata penghubung
pertentangan lainnya.
• Klasifikasi:
paragraf yang berisi penggolongan atau pengklasifikasian. Biasanya ditandai
dengan kata terdiri atas, bagian dari, yaitu.
• Ilustrasi: paragraf
yang dikembangkan dengan contoh-contoh.
• Perbandingan:
paragraf yang membandingkan dua hal, biasanya menggunakan kata lebih ... daripada.
5.
Karya
Tulis Ilmiah
Ø Penulisan judul
Setiap
awal kata diawali dengan huruf kapital kecuali kata penghubung, kata depan,
kata ulang tidak sempurna.
Contoh:
Penagruh
Sosial Media terhadap Motivasi Belajar Siswa-siswi SMA YPS Soroako
Ø Belakang Masalah mengemukakan:
·
Uraian
urgensi permasalahan secara tegas
disertai fakta-fakta pendukung sehingga masalah yang dipilih layak dikaji lebih
lanjut (hal inilah yang bisa menjad alasan mengapa memilih masalah tersebut
untuk dijadikan tema karya tulis).
·
Telaah
pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.
Ø Rumusan Masalah
Rumusan
masalah ditulis dalam kalimat tanya dan operasional (mudah diukur). Boleh lebih
dari satu rumusan sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditetapkan
peneliti. Biasanya menggunakan kata tanya bagaimana
dan apakah.
Contoh:
Bagaimanakah pengaruh sosial media terhadap siswa-siswi SMA YPS Soroako?
Add caption |
Kesalahan yang
sering terjadi dalam penulisan surat.
Ø Kesalahan Penulisan Kepala Surat
PT. Asri Jaya
Jln. Tanah Datar No. 5, Makassar
Telp. (0411) 24532421
Ø Kesalahan Penulisan nomor Surat, Lampiran, dan
Perihal
No. :
234/YPS/IX/’13
Lamp. : 3 Lembar
Hal :Pemesanan
Barang
Seharusnya:
Nomor :
234/YPS/IX/2013
Lampiran : 3
(tiga) lembar
Perihal :
Pemesanan barang
Kepada Yth.
Bapak Direktur PT Tirta Amarta
Jln. Mallengkeri Blok B No.27
MAKASSAR
Seharusnya:
Yth. Direktur PT Tirta Amarta
Jalan Mallengkeri Blok B/27
Makassar
Ø Kesalahan Penulisan Salam Pembuka dan Salam
Penutup
Dengan Hormat..
......
Hormat Kami.
Seharusnya
Dengan hormat,
......
Hormat kami,
Ø Kesalahan Penulisan Paragraf Pembuka dan
Paragraf Penutup
Berdasarkan dengan
surat Bapak pada ....
.....
Atas perhatiannya, kami haturkan beribu terima kasih.
Seharusnya:
Berdasarkan surat
Saudara pada ....
atau
Sehubungan dengan
surat Saudara pada ....
.....
Atas perhatian Saudara, kami mengucapkan terima kasih.
Adapun
kata-kata yang tidak diboleh digunakan dalam penutup surat lamaran yaitu: Hanya
Dika
HA =>
haturkan (diganti: ucapkan)
NYA =>
akhiran –nya (diganti Bapak/Ibu)
DI =>
awalan di- (diganti me-, misalnya mengucapkan)
KA => kami
(diganti saya)
7.
Frasa
Frasa
adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya
menduduki satu fungsi atau jabatan
frasa
di bedakan atas:
Ø Berdasarkan kedudukanya
a. Frasa setara yaitu frasa yang
hubungan antara unsurnya setara. Contoh
: naik turun, mondar mandir, asal usul
b. Frasa bertingkat yaitu frasa yang
hubungan antar unsurnya tidak setara, salah satu unsur menjadi pusat. Contoh: uang
muka, tehnik baru, rakyat jelata
Ø Berdasarkan jenis kata yang menjadi
unsur intinya.
a. Frasa nominal; frasa yang unsur
pusatnya kata benda. Contoh: kamar mandi, baju pesta.
b. Frasa verbal ; frasa yang unsur
pusatnya kata kerja. Contoh: sedang
pergi, ingin sukses.
c. Frasa adjektival ; frasa yang unsur
sifatnya mengandung kata sifat. Contoh: amat bodoh, sangat lelet.
d. Frasa adverbial ; frasa yang unsure
pusatnya mengandung kata keterangan. Contoh: tadi siang, tahun lalu, minggu
kemrin.
e. Frasa preposisioanal(kata depan);
frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda. Contoh: dari kantor,
di rumah.
Ø Berdasarkan distribusi unsurnya
a. Frasa eksosentrik adalah frasa yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Contoh : di
lapangan, ke pasar.
b. Frasa endosentrik adalah frasa yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun
salah satu dari unsurnya. Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga golongan:
· Frasa endosentrik koordinatif yaitu
frasa yang unsur-unsurnya setara (sinonim atau antonim). Contoh: aku kamu,
nenek kakek
· Frasa endosentrik atributif yaitu
frasa yang salah satu unsurnya merupakan atribut. Contoh : tahun depan, sedang
makan
· Frasa endosentrik apositif yaitu
frasa yang salah satu unsurnya merupakan aposisi. Contoh : Dony, teman dekatku, dia, sahabat mamaku.
8.
Klausa
Klausa
adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah
kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan
predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110).
Jenis-jenis klausa sebagai berikut.
a. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap
Berdasarkan
kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu, klausa
lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur
internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur
internalnya, dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa
lengkap susun balik (inversi). Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap
yang S-nya terletak di depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa
lengkap inversi ialah klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya
:Tulisan Hendi sangat berbobot.
Klausa
tak lenngkap merupakan klausa yang unsur internalnya tidak lengkap karena di
dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai
maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya : terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu
b. Klausa Negatif dan Klausa Positif
Berdasarkan
ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif ialah klausa yang di
dalamnya terdapat kata negatif, yang menegasikan P. Yang termasuk kata negatif,
yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut ini
adalah contoh klausa negatif : Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.
c. Klausa Verbal dan Klausa Nonverbal
Berdasarkan
kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada konstruksinya,
klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal ialah
klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari
golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif
dan klausa verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang
mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang
mengandung verba intransitif.
Contoh
klausa verbal intransitif: Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
Klausa
verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat dibedakan
menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4)
klausa resiprokal.
Klausa
nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa nonverbal masih
bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa adjektival, (3)
klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh:
Yang kita bela kebenaran.
d. Klausa atasan dan klausa bawahan
Klausa
atasan (klausa mandiri atau klausa bebas) merupakan klausa yan kehadirannya
dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal.
Misalnya: Nirina sedang belajar
Klausa
bawahan (klausa tergabung atau klausa terikat) adalah klausa yang kehadirannya untuk
menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat
plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa
subordinatif. Contoh:Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Contoh: Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat
menghadiri rapat.
Jika
dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konatruksi (1)
terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi
(2) terdapat klausa-klausa tergabung secara subordinatif.
9.
Kalimat
Kalimat
merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan
predikat (S) dan diakhiri dengan intonasi akhir (. ! ?).
a. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Ø Kalimat Tunggal
Kallimat
tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Contoh:
Victoria bernyanyi.
Kalimat
tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
· Kalimat nominal adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata benda.
Contoh
: Saya siswa kelas XII.
· Kalimat verbal adalah kalimat yang
predikatnya berupa kata kerja.
Contoh
: Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat
diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan
unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat
tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
a) Keterangan tempat, seperti di sini,
dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
b) Keterangan waktu, seperti: setiap
hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
c) Keterangan alat (dengan + kata
benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok,
dengan wesel pos, dengan cek.
d) Keterangan modalitas, seperti: harus,
barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
e) Keternagan cara (dengan + kata
sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
f) Keterangan aspek, seperti akan,
sedang, sudah, dan telah.
g) Keterangan tujuan, seperti: agar
bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
h) Keterangan sebab, seperti: karena
rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
i) Keterangan aposisi adalah keterangan
yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
Ø Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a) Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat
ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian,
yaitu:
·
KMS
Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan
atau serta. Contoh: Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
·
KMS
Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan,
namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh: Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara
yang sudah maju.
·
KMS
Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau. Contoh:
Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
·
KMS
yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh: Mula-mula
disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama
juara melukis tingkat SMP.
b) Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat
majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang
tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak
sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut
sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya
disebut dengan klausa sematan (anak kalimat). Ada beberapa penanda hubungan /
konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
· Waktu : ketika, sejak
· Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab,
oleh sebab itu
· Akibat: hingga, sehingga, maka
· Syarat: jika, asalkan, apabila
· Perlawanan: meskipun, walaupun
· Pengandaian: andaikata, seandainya
· Tujuan: agar, supaya, untuk, biar
· Perbandingan: seperti, laksana,
ibarat, seolah‐olah
· Pembatasan: kecuali, selain
· Alat: dengan + katabenda: dengan tongkat
· Kesertaan: dengan + orang
Contoh:
Walaupun
komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
Induk
kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak
kalimat: Walaupun komputer itu
dilengkapi dengan alat-alat modern.
c) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMB: Kami berhenti karena hari sudah malam.
b. Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Ø Kalimat perintah
Ø Kalimat berita
Ø Kalimat tanya
Ø Kalimat Seruan, contoh: Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
c. Berdasarkan Unsur Kalimat
Ø Kalimat Lengkap (kalimat mayor): kalimat
yang sekurang-kurangnya terdiri dari
satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam
kalimat lengkap.
Ø Kalimat Tidak Lengkap (kalimat
minor): kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau
predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap
biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan dan kekaguman.
Berdasarkan
Susunan S-P
d. Kalimat dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
Ø Kalimat Inversi: kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya. Contoh: Ambilkan koran di atas kursi itu!
Ø Kalimat Versi: kalimat yang susunan
dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia
(S-P-O-K). Contoh: Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
e. Berdasarkan Subjeknya
Ø Kaliamat Aktif: kalimat yang
subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki
predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang
tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat
aktif dibedakan menjadi 3, yaitu:
a) Kalimat Aktif Transitif: kalimat yang dapat diikuti oleh
objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan
selalu dapat diubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Eni mencuci piring.
b) Kalimat Aktif Intransitif: kalimat
yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang
berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif. Contoh: Mereka berangkat minggu depan.
c) Kalimat Semi Transitif: kalimat ini
tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif karena disertai oleh pelengkap bukan
objek. Contoh: Dian kehilangan pensil.
Ø Kalimat Pasif: kalimat yang subjeknya
dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat
pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat Pasif Biasa: biasanya diperoleh dari kalimat aktif
transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh: Piring
dicuci Eni.
b. Kalimat Pasif Zero: kalimat yang
objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata
lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan
awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali
kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:
Ku pukul adik.
10. Konotatif dan Denotatif
Ø Makna denotatif adalah makna
sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh
kata tersebut. Kata makan artinya
memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti kata
makan tersebut adalah makna denotatif. Contoh: Saya pada waktu sakit mendapat suntikan sebanyak tiga kali.
Ø Makna konotatif ialah bukan makna sebenarnya. Dengan kata
lain, makna kias atau makna tambahan. Makna konotatif adalah arti kiasan,
pinjaman rekaan atau arti yang tidak sebenarnya. Contoh: Para pelajar mendapat suntikan dari guru agar lebih giat
belajar.
11. Kias (Ungkapan/idiom)
Ungkapan
adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi
tertentu untuk mengiaskan suatu hal.
Contoh:
Andi membanting tulang untuk menghidupi
keluarganya. (bekerja keras)
·
Buah
bibir : Menjadi
pembicaraan orang lain (banyak)
·
Bermuka
masam : cemberut
·
Besar
mulut : pembohong
·
Bermain
api : bermain main dengan
bahaya
12. Kata Umum (Hipernim) dan Kata Khusus
(Hiponim)
Ø Kata umum adalah kata-kata yang
memiliki makna dan cakupan pemakaian yang lebih luas. Kata-kata yang termasuk
dalam kata umum disebut dengan hipernim.
Ø Kata khusus adalah kata-kata yang
ruang lingkup dan cakupan maknanya lebih sempit, atau disebut juga dengan
hiponim.
Contoh:
·
Kata
umum: Melihat
·
Kata
khusus: Menengok, menyaksikan, melirik, memandang, memelototi, mengamati, dan
memperhatikan.
13. Homofon, Homograf, Homonim, dan
Polisemi
·
Homonim:
berasal dari kata homo berarti sama dan nym berarti nama. Homonim adalah suatu
kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaannya sama.
Contoh
: Bisa (racun; kesanggupan), amplop (wadah surat; uang pelicin), seri (senang;
imbang) , genting (pelapis/penutup atap; gawat), beruang (hewan; memiliki
uang), rapat (berdesakan; pertemuan/meeting), buku (kitab; ruas), Bandar
(pelabuhan; pemegang uang dalam perjudian), dsb.
·
Homofon:
berasal dari kata homo berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi/suara.
Homofon Adalah suatu kata dimana lafal/bunyinya sama, namun memiliki tulisan
dan arti yang berbeda.
Contoh:
Sanksi (hukuman) dengan sangsi (ragu-ragu), Bank (tempat
menyimpan/meminjam uang) dengan bang
(panggilan kakak laki-laki), dsb.
Masa
(waktu) dengan massa (banyak orang)
· Kebenaran benda masa sejarah itu
sekarang sedang ramai dibicarakan media massa.
Rock (aliran musik) dengan rok
(bawahan)
· Untuk apa penyanyi rock wanita itu
menggunakan rok yang berbeda dengan warna pakaiannya ?
·
Homograf:
berasal dari kata homo berarti sama dan graph berarti tulisan. Homograf adalah
suatu kata dimana tulisannya sama, namun lafal/bunyi serta artinya berbeda.
Contoh:
Apel (buah) dengan apel (kumpul), serang (nama daerah) dengan serang
(mendatangi untuk menyerang), teras (depan rumah) dengan teras (lahan yang
dibuat miring di dataran tinggi), dsb.
· Per
Apakah
per (benda berbentuk spiral) pada kasur itu diproduksi lebih dari seratus buah
per (setiap) hari?
· Memerah
Tangannya
memerah (menjadi merah) setelah ia berusaha memerah (memeras/cara untuk
mendapatkan susu sapi) sapi perah Pak Leo tadi pagi.
Ø Polisemi: kata-kata yang memiliki
makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam
pemaknaan suatu kata.
Contoh
:
·
Akar
1.
Sebelum
mengambil keputusan, kita harus menemukan akar permasalahannya (penyebab)
terlebih dahulu.
2.
Akar
beringin (bagian yang menopang tumbuhan) itu hampir saja membuatku jatuh.
14. Pergeseran Makna (Generalisasi, Spesialisasi,
Ameliorasi, Peyorasi, Sinestesia dan Asosiasi)
a. Generalisasi (Perluasan)
Generalisasi
adalah kata-kata yang maknanya mengalami pergeseran menjadi lebih luas dibanding
dengan makna sebelumnya.
Contoh:
Berlayar
Makna
kata berlayar yang dahulu adalah melaut dengan perahu yang memiliki layar saat
ini meluas menjadi semua kegiatan melaut meskipun tidak menggunakan perahu
layar.
b. Spesialisasi (Menyempit)
Berbeda
dengan generalisasi, kata-kata yang mengalami spesialisasi maknanya menjadi
sempit dari makna sebelumnya.
Contoh:
Pembantu
Makna
kata pembantu yang dahulu merupakan setiap orang yang meringankan urusan orang,
kini hanya menjadi orang yang membantu urusan rumah tangga.
c. Ameliorasi (Membaik)
Kata-kata
yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi lebih baik atau lebih sopan
dari kata sebelumnya. Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya menjadi
lebih tinggi dan halus.
Contoh:
Buta
Kata
buta setelah mengalami ameliorasi menjadi Tunanetra, yaitu orang yang tidak
bisa melihat sama sekali.
d. Peyorasi (Memburuk)
Peyorasi
adalah pergeseran makna pada suatu kata yang menyebabkan kata tersebut menjadi
kurang baik atau tidak enak didengar dari kata sebelumnya.
Contoh:
bini
Kata
istri yang mengalami peyorasi menjadi bini, yaitu pasangan suami atau ibu dari
anak-anak.
e. Sinestesia (Pertukaran Makna)
Kata-kata
yang mengalami sinestesia mengalami pertukaran makna dalam hal tanggapan indera
akan makna tersebut, seperti kata yang biasa diterima oleh telinga bisa
diterima oleh mata dan seterusnya.
Contoh:
Indah
Kata
Indah yang sejatinya hanya bisa dirasakan oleh indera penglihatan yang berarti
bagus, kini bisa juga diterima oleh indera pendengaran yang berarti merdu.
Penanyi itu memiliki suara yang
sangat indah dibandingakan dengan penyanyi lainnya.
f.
Asosiasi
(Persamaan Makna)
Asosiasi
adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat. Asosiasi
disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan kata pada suatu masyarakat.
Contoh:
Kursi
Makna
kursi yang berarti tempat duduk mengalami asosiasi yang berarti kedudukan,
jabatan atau pangkat.
Para calon anggota dewan
memperebutkan ribuan kursi di Senayan dalam pemilu kali ini.
15. Gabungan Kata
Apabila
gabungan kata itu mendapatkan awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu
harus dirangkai dengan kata yang dekat dengannya. kata lainnya tetap ditulis
terpisah dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh:
berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.
Apabila
gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran, penulisan gabungan kata harus
serangkai dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh:
menandatangai; pertanggungjawaban; mengkambinghitamkan; dll.
Gabungan kata yang sudah dianggap
satu kata.
Dalam
bahasa Indonesia ada gabungan kata yang sudah dianggap padu benar. Arti
gabungan kata itu tidak dapat dikembalikan kepada arti kata-kata itu.
Contoh:
bumiputra; belasungkawa; sukarela; darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga;
padahal; kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll
Kata
daripada, misalnya, artinya tidak dapat dikembalikan kepada kata dari dan pada.
Itu sebabnya, gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus ditulis
serangkai. Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam
kombinasinya.
Contoh:
tunanetra; tunawisma; narasumber; dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi;
dll.
Kata
tuna berarti tidak punya, tetapi jika ada yang bertanya, “Kamu punya uang?”
kita tidak akan menjawabnya dengan “tuna”. Begitu juga dengan kata dwi, yang
berarti dua, kita tidak akan berkata, “saya punya dwi adik laki-laki.” Karena
itulah gabungan kata ini harus ditulis dirangkai.
Perhatikan gabungan kata berikut!
Jika
unsur terikat itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua
unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh:
non-Indonesia; SIM-ku; KTP-mu.
Unsur
maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya, yang berupa kata
dasar. Namun dipisah penulisannya jika dirangkai dengan kata berimbuhan.
Contoh:
Mahabijaksana; Mahatahu; Mahabesar.
Maha
Pengasih; Maha Pemurah; peri keadilan; peri kemanusiaan.
Tetapi,
khusus kata ESA, walaupun berupa kata dasar, gabungan kata maha dan esa ditulis
terpisah => Maha Esa.
mantap isinyaa..
BalasHapusSemangat belajar
Hapus