Rabu, 10 Februari 2016

Materi Persiapan Ujian Nasional Bahasa Indonesia Tahun 2016

Materi Persiapan Ujian Nasional Bahasa Indonesia


1.        Kalimat yang sesuai isi paragraf
2.        Kalimat tanya yang sesuai isi paragraf
3.        Persamaan kedua artikel
4.        Perbedaan aspek pembahasan teks
5.        Kalimat utama 
6.        Rangkuman 2 paragraf
7.        Simpulan isi tabel
8.        Pernyataan sesuai tabel
9.        Ide pokok esay/paragraf
10.    Masalah dalam biografi
11.    Hal yang dapat diteladani dalam biografi
12.    Masalah yang diungkap dalam tajuk
13.    Opini dlm tajuk
14.    Rangkuman isi tajuk
15.    Simpulan paragraf
16.    Kalimat penjelas yang tidak padu
17.    Makna kata (kolusi, konsorsium
18.    Tujuan penulis dlm artikel
19.    Fakta dalam artikel
20.    Kalimat yg tepat melengkapi paragraf eksposisi
21.    Kalimat yg tepat melengkapi paragraf argumentasi
22.    Kalimat yang tepat melengkapi paragraf persuasif
23.    Kalimat yang tepat melengkapi paragraf deskripsi
24.    Kalimat imbauan melengkapi pidato
25.    Susunan paragraf padu
26.    Latar belakang KTI
27.    Rumusan masalah KTI
28.    Perbaikan penutup surat lamaran
29.    Melengkapi dialog wawancara
30.    Menyusun kalimat menjadi paragraf eksposisi
31.    Menyusun kalimat menjadi paragraf padu
32.    Frasa nominal
33.    Frasa bertingkat
34.    Klausa atasan/induk
35.    Klausa nominal
36.    Kalimat tunggal
37.    Kalimat nominal
38.    Kalimat berpola SPK
39.    Kata berimbuhan yg tepat
40.    Kata bermakna konotatif
41.    Kata bermakna kias
42.    Kata umum
43.    Kata khusus
44.    Makna kata berimbuhan (penyelamatan
45.    Kata berhomofon
46.    Kata berpolisemi
47.    Kata bermakna sinestesia
48.    Kata bermakna peyorasi
49.    Penulisan gabungan kata
50.    Perbaikan kutipan dalam dialog drama





Ringkasan Materi
1.        Jenis Kalimat Tanya
Ø  Apa: peristiwa, kejadian, benda
Ø  Di mana: tempat
Ø  Kapan: waktu
Ø  Siapa: orang/pelaku
Ø  Mengapa: alasan
Ø  Bagaimana: cara, proses, kronologis
2.        Kalimat Utama, Ide Pokok, Simpulan, dan Rangkuman
Ø  Kalimat Utama merupakan kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan menjadi sebuah paragraf. Kalimat utama biasanya terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, atau gabungan antara awal dan akhir paragraf.
Ø  Ide pokok merupakan pokok masalah yang mendasari cerita yang bersifat abstrak/implisit atau kata–kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama.
Ø  Kesimpulan merupakan suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri.
Ø  Rangkuman merupakan ekstrak dari suatu tulisan, berita atau sesuatu pembahasan, sehingga bisa menyimpulkan dengan singkat suatu tulisan, berita atau pembahasan tersebut.

Contoh:
Kebiasaan menyontek justru akan memadamkan semangat belajar. Para penyontek biasa berpikir untuk menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sontekan, nilai yang diperoleh pun kadang lebih bagus dari siswa yang jujur. Nilai boleh saja bagus, namun sebenarnya ia tidak tahu apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Ilmu pengetahuannya tidak pernah bertambah karena rajin menyontek. Lalu apa bedanya dengan mereka yang tidak pernah sekolah?

Kalimat utama     : Kebiasaan menyontek justru akan memadamkan semangat belajar.
Ide Pokok              : Kebiasaan menyontek memadamkan semangat belajar
Simpulan              : Kebiasaan menyontek dapat merugikan jati diri pelajar
Rangkuman          : Kebiasaan mencontek dapat memadamkan semangat belajar karena hanya sibuk membuat contekan, tidak memiliki pengetahuan, dan tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak sekolah.
Saran                    : Para siswa harus menghindari perilaku menyontek
Kritikan                 : Tidak sepantasnya seorang pelajar menyontek




3.        Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana (Artikel)
Ø  Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan.
Ø  Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb.) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
Ø  Fakta adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Ciri-ciri fakta: benar-benar terjadi; waktu, tempat, dan tanggal peristiwa jelas; diperkuat dengan angka-angka.
Ø  Opini adalah sesuatu yang kebenarannya masih perlu diuji, karena bentuknya masih berupa pendapat. Kalimat yang mengungkapkan pendapat penulis biasanya ada kata, menurut saya, sepertinya, bagus sekali, sangat (bagus), dan sejenisnya. Ciri-ciri opini: belum terjadi (baru rencana); berupa pendapat; bersifat  subjektif; keterangannya belum jelas.
4.        Bentuk, Jenis, dan Pola Pengembangan Paragraf
Ø  Bentuk paragraf terdiri atas paragraf deduktif, induktif, dan campuran.
Ø  Jenis paragraf terdiri atas paragraf deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, dan narasi.
·      Deskripsi berisi penggambaran
·      Eksposisi berisi penjelasan
·      Persuasi berisi ajakan
·      Argumentasi berisi pengaruh untuk meyakinkan pembaca
·      Narasi berisi cerita/kisahan
Ø  Pola pengembangan paragraf terdiri atas paragraf generalisasi, analogi, sebab-akibat (kausal), pertentangan, klasifikasi, ilustrasi, perbandingan.
•   Generalisasi: paragraf yang menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta khusus.
•   Analogi: paragraf yang menbandingkan dua hal berbeda, namun disamakan karena memiliki banyak kesamaan.
•   Sebab-akibat (kausal): paragraf yang dikembangkan dengan menyampaikan sebab terlebih dahulu dan diakhiri dengan akibat. Biasanya ditandai dengan penggunaan kata sebab, akibat, karena, sehinnga, karena itu, akibatnya.
•   Pertentangan: paragraf yang berisi pertentangan yang biasanya ditandai dengan kata tetapi,akan tetapi, melainkan, walaupun, meskipun, namun, dan kata penghubung pertentangan lainnya.
•   Klasifikasi: paragraf yang berisi penggolongan atau pengklasifikasian. Biasanya ditandai dengan kata terdiri atas, bagian dari, yaitu.
•   Ilustrasi: paragraf yang dikembangkan dengan contoh-contoh.
•   Perbandingan: paragraf yang membandingkan dua hal, biasanya menggunakan kata lebih ... daripada.
5.        Karya Tulis Ilmiah
Ø Penulisan judul
Setiap awal kata diawali dengan huruf kapital kecuali kata penghubung, kata depan, kata ulang tidak sempurna.
Contoh:
Penagruh Sosial Media terhadap Motivasi Belajar Siswa-siswi SMA YPS Soroako
Ø Belakang Masalah mengemukakan:
·         Uraian urgensi permasalahan secara  tegas disertai fakta-fakta pendukung sehingga masalah yang dipilih layak dikaji lebih lanjut (hal inilah yang bisa menjad alasan mengapa memilih masalah tersebut untuk dijadikan tema karya tulis).
·         Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Ø Rumusan Masalah
Rumusan masalah ditulis dalam kalimat tanya dan operasional (mudah diukur). Boleh lebih dari satu rumusan sesuai dengan pembatasan masalah yang telah ditetapkan peneliti. Biasanya menggunakan kata tanya bagaimana dan apakah.
Contoh: Bagaimanakah pengaruh sosial media terhadap siswa-siswi SMA YPS Soroako?
Add caption
6.        Surat Lamaran dan Surat Resmi
Kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan surat.

Ø  Kesalahan Penulisan Kepala Surat
 PT. Asri Jaya
Jln. Tanah Datar No. 5, Makassar
Telp. (0411) 24532421

Seharusnya:

PT Asri Jaya
Jalan Tanah Datar 5, Makassar

Telepon (0411) 24532421





Ø  Kesalahan Penulisan nomor Surat, Lampiran, dan Perihal
No.      : 234/YPS/IX/’13
Lamp.  : 3 Lembar

Hal      :Pemesanan Barang


Seharusnya:

Nomor                        : 234/YPS/IX/2013
Lampiran       : 3 (tiga) lembar
Perihal            : Pemesanan barang




Ø  Kesalahan Penulisan Alamat Surat
Kepada Yth.
Bapak Direktur PT Tirta Amarta
Jln. Mallengkeri Blok B No.27

MAKASSAR

Seharusnya:

Yth. Direktur PT Tirta Amarta
Jalan Mallengkeri Blok B/27
Makassar


Ø  Kesalahan Penulisan Salam Pembuka dan Salam Penutup
Dengan Hormat..
......

Hormat Kami.

Seharusnya


Dengan hormat,
......
Hormat kami,

Ø  Kesalahan Penulisan Paragraf Pembuka dan Paragraf Penutup


Berdasarkan dengan  surat Bapak pada ....
.....


Atas perhatiannya, kami haturkan beribu terima kasih.

Seharusnya:

Berdasarkan  surat Saudara pada ....
atau
Sehubungan dengan  surat Saudara pada ....
.....

Atas perhatian Saudara, kami mengucapkan terima kasih.



Adapun kata-kata yang tidak diboleh digunakan dalam penutup surat lamaran yaitu: Hanya Dika
HA       => haturkan (diganti: ucapkan)
NYA     => akhiran –nya (diganti Bapak/Ibu)
DI        => awalan di- (diganti me-, misalnya mengucapkan)

KA       => kami (diganti saya)







 











7.        Frasa
Frasa adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi atau jabatan
frasa di bedakan atas:
Ø Berdasarkan kedudukanya
a.      Frasa setara yaitu frasa yang hubungan antara unsurnya setara.  Contoh : naik turun, mondar mandir, asal usul
b.      Frasa bertingkat yaitu frasa yang hubungan antar unsurnya tidak setara, salah satu unsur menjadi pusat. Contoh: uang muka, tehnik baru, rakyat jelata
Ø Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur intinya.
a.      Frasa nominal; frasa yang unsur pusatnya kata benda. Contoh: kamar mandi, baju pesta.
b.      Frasa verbal ; frasa yang unsur pusatnya kata kerja. Contoh:  sedang pergi, ingin sukses.
c.       Frasa adjektival ; frasa yang unsur sifatnya mengandung kata sifat. Contoh: amat bodoh, sangat lelet.
d.      Frasa adverbial ; frasa yang unsure pusatnya mengandung kata keterangan. Contoh: tadi siang, tahun lalu, minggu kemrin.
e.      Frasa preposisioanal(kata depan); frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda. Contoh: dari kantor, di rumah.
Ø Berdasarkan distribusi unsurnya
a.      Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Contoh : di lapangan, ke pasar.
b.      Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. Frasa endosentrik dibagi menjadi tiga golongan:
·      Frasa endosentrik koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsurnya setara (sinonim atau antonim). Contoh: aku kamu, nenek kakek
·      Frasa endosentrik atributif yaitu frasa yang salah satu unsurnya merupakan atribut. Contoh : tahun depan, sedang makan
·      Frasa endosentrik apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya merupakan aposisi. Contoh : Dony, teman dekatku, dia, sahabat mamaku.
8.        Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Jenis-jenis klausa sebagai berikut.
a.      Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap
Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu, klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa lengkap susun balik (inversi). Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa lengkap inversi ialah klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya :Tulisan Hendi sangat berbobot.
Klausa tak lenngkap merupakan klausa yang unsur internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya :  terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu
b.      Klausa Negatif dan Klausa Positif
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif ialah klausa yang di dalamnya terdapat kata negatif, yang menegasikan P. Yang termasuk kata negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum. Berikut ini adalah contoh klausa negatif : Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.
c.       Klausa Verbal dan Klausa Nonverbal
Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang mengandung verba intransitif.
Contoh klausa verbal intransitif: Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4) klausa resiprokal.
Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh: Yang kita bela kebenaran.
d.      Klausa atasan dan klausa bawahan
Klausa atasan (klausa mandiri atau klausa bebas) merupakan klausa yan kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya: Nirina sedang belajar
Klausa bawahan (klausa tergabung atau klausa terikat) adalah klausa yang kehadirannya untuk menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa subordinatif. Contoh:Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Contoh: Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat menghadiri rapat.
Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam konatruksi (1) terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi (2) terdapat klausa-klausa tergabung secara subordinatif.
9.        Kalimat
Kalimat merupakan kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (S) dan diakhiri dengan intonasi akhir (. ! ?).
a.      Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Ø  Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Contoh:   Victoria bernyanyi.
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
·      Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas XII.
·      Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
a)   Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
b)   Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
c)    Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
d)   Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
e)   Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
f)     Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
g)   Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
h)   Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
i)     Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
Ø Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:

a)      Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
·         KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta. Contoh: Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
·         KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh: Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
·         KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau. Contoh: Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
·         KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh: Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
b)      Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat). Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
·      Waktu : ketika, sejak
·      Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
·      Akibat: hingga, sehingga, maka
·      Syarat: jika, asalkan, apabila
·      Perlawanan: meskipun, walaupun
·      Pengandaian: andaikata, seandainya
·      Tujuan: agar, supaya, untuk, biar
·      Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
·      Pembatasan: kecuali, selain
·      Alat: dengan + katabenda:  dengan tongkat
·      Kesertaan: dengan + orang



Contoh:
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
c)      Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh: Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS:  Kami berhenti dan langsung pulang.
KMB:  Kami berhenti karena hari sudah malam.
b.      Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Ø Kalimat perintah
Ø Kalimat berita
Ø Kalimat tanya
Ø Kalimat Seruan, contoh: Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
c.       Berdasarkan Unsur Kalimat
Ø  Kalimat Lengkap (kalimat mayor): kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Ø  Kalimat Tidak Lengkap (kalimat minor): kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Berdasarkan Susunan  S-P
d.      Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Ø  Kalimat Inversi: kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Contoh: Ambilkan koran di atas kursi itu!
Ø  Kalimat Versi: kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh: Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
e.      Berdasarkan Subjeknya
Ø  Kaliamat Aktif: kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Contoh: Mereka akan berangkat besok pagi.


Kalimat aktif  dibedakan menjadi 3, yaitu:
a)      Kalimat Aktif  Transitif: kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapat diubah menjadi kalimat pasif. Contoh:    Eni mencuci piring.
b)      Kalimat Aktif Intransitif: kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Mereka berangkat minggu depan.
c)      Kalimat Semi Transitif: kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek. Contoh: Dian kehilangan pensil.
Ø  Kalimat Pasif: kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Kalimat Pasif  Biasa: biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh: Piring dicuci Eni.
b.      Kalimat Pasif Zero: kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh: Ku pukul adik.
10.    Konotatif dan Denotatif
Ø  Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata makan artinya  memasukkan sesuatu ke dalam mulut , dikunyah, dan ditelan. Arti kata makan tersebut adalah makna denotatif. Contoh: Saya pada waktu sakit mendapat suntikan sebanyak tiga kali.
Ø  Makna konotatif  ialah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna kias atau makna tambahan. Makna konotatif adalah arti kiasan, pinjaman rekaan atau arti yang tidak sebenarnya. Contoh: Para pelajar mendapat suntikan dari guru agar lebih giat belajar.
11.    Kias (Ungkapan/idiom)
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu untuk mengiaskan suatu hal.
Contoh:
Andi membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. (bekerja keras)
·         Buah bibir                 : Menjadi pembicaraan orang lain (banyak)
·         Bermuka masam      : cemberut
·         Besar mulut              : pembohong
·         Bermain api              : bermain main dengan bahaya
12.    Kata Umum (Hipernim) dan Kata Khusus (Hiponim)
Ø  Kata umum adalah kata-kata yang memiliki makna dan cakupan pemakaian yang lebih luas. Kata-kata yang termasuk dalam kata umum disebut dengan hipernim.
Ø  Kata khusus adalah kata-kata yang ruang lingkup dan cakupan maknanya lebih sempit, atau disebut juga dengan hiponim.
Contoh:
·           Kata umum: Melihat
·           Kata khusus: Menengok, menyaksikan, melirik, memandang, memelototi, mengamati, dan memperhatikan.
13.    Homofon, Homograf, Homonim, dan Polisemi
·           Homonim: berasal dari kata homo berarti sama dan nym berarti nama. Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaannya sama.
Contoh : Bisa (racun; kesanggupan), amplop (wadah surat; uang pelicin), seri (senang; imbang) , genting (pelapis/penutup atap; gawat), beruang (hewan; memiliki uang), rapat (berdesakan; pertemuan/meeting), buku (kitab; ruas), Bandar (pelabuhan; pemegang uang dalam perjudian), dsb.
·           Homofon: berasal dari kata homo berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi/suara. Homofon Adalah suatu kata dimana lafal/bunyinya sama, namun memiliki tulisan dan arti yang berbeda.
Contoh: Sanksi (hukuman) dengan sangsi (ragu-ragu), Bank (tempat menyimpan/meminjam  uang) dengan bang (panggilan kakak laki-laki), dsb.
Masa (waktu) dengan massa (banyak orang)
·      Kebenaran benda masa sejarah itu sekarang sedang ramai dibicarakan media massa.
Rock (aliran musik) dengan rok (bawahan)
·      Untuk apa penyanyi rock wanita itu menggunakan rok yang berbeda dengan warna pakaiannya ?
·           Homograf: berasal dari kata homo berarti sama dan graph berarti tulisan. Homograf adalah suatu kata dimana tulisannya sama, namun lafal/bunyi serta artinya berbeda.
Contoh: Apel (buah) dengan apel (kumpul), serang (nama daerah) dengan serang (mendatangi untuk menyerang), teras (depan rumah) dengan teras (lahan yang dibuat miring di dataran tinggi), dsb.
·      Per
Apakah per (benda berbentuk spiral) pada kasur itu diproduksi lebih dari seratus buah per (setiap) hari?
·      Memerah
Tangannya memerah (menjadi merah) setelah ia berusaha memerah (memeras/cara untuk mendapatkan susu sapi) sapi perah Pak Leo tadi pagi.
Ø  Polisemi: kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata.
Contoh :
·         Akar
1.           Sebelum mengambil keputusan, kita harus menemukan akar permasalahannya (penyebab) terlebih dahulu.
2.           Akar beringin (bagian yang menopang tumbuhan) itu hampir saja membuatku jatuh.
14.    Pergeseran Makna (Generalisasi, Spesialisasi, Ameliorasi, Peyorasi, Sinestesia dan Asosiasi)
a.      Generalisasi (Perluasan)
Generalisasi adalah kata-kata yang maknanya mengalami pergeseran menjadi lebih luas dibanding dengan makna sebelumnya.
Contoh: Berlayar
Makna kata berlayar yang dahulu adalah melaut dengan perahu yang memiliki layar saat ini meluas menjadi semua kegiatan melaut meskipun tidak menggunakan perahu layar.
b.      Spesialisasi (Menyempit)
Berbeda dengan generalisasi, kata-kata yang mengalami spesialisasi maknanya menjadi sempit dari makna sebelumnya.
Contoh: Pembantu
Makna kata pembantu yang dahulu merupakan setiap orang yang meringankan urusan orang, kini hanya menjadi orang yang membantu urusan rumah tangga.
c.       Ameliorasi (Membaik)
Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya berubah menjadi lebih baik atau lebih sopan dari kata sebelumnya. Kata-kata yang mengalami ameliorasi maknanya menjadi lebih tinggi dan halus.
Contoh: Buta
Kata buta setelah mengalami ameliorasi menjadi Tunanetra, yaitu orang yang tidak bisa melihat sama sekali.
d.      Peyorasi (Memburuk)
Peyorasi adalah pergeseran makna pada suatu kata yang menyebabkan kata tersebut menjadi kurang baik atau tidak enak didengar dari kata sebelumnya.
Contoh: bini
Kata istri yang mengalami peyorasi menjadi bini, yaitu pasangan suami atau ibu dari anak-anak.
e.      Sinestesia (Pertukaran Makna)
Kata-kata yang mengalami sinestesia mengalami pertukaran makna dalam hal tanggapan indera akan makna tersebut, seperti kata yang biasa diterima oleh telinga bisa diterima oleh mata dan seterusnya.

Contoh: Indah
Kata Indah yang sejatinya hanya bisa dirasakan oleh indera penglihatan yang berarti bagus, kini bisa juga diterima oleh indera pendengaran yang berarti merdu.
Penanyi itu memiliki suara yang sangat indah dibandingakan dengan penyanyi lainnya.
f.        Asosiasi (Persamaan Makna)
Asosiasi adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat. Asosiasi disebabkan oleh adanya perbedaan penggunaan kata pada suatu masyarakat.
Contoh: Kursi
Makna kursi yang berarti tempat duduk mengalami asosiasi yang berarti kedudukan, jabatan atau pangkat.
Para calon anggota dewan memperebutkan ribuan kursi di Senayan dalam pemilu kali ini.
15.    Gabungan Kata
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu harus dirangkai dengan kata yang dekat dengannya. kata lainnya tetap ditulis terpisah dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.

Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran, penulisan gabungan kata harus serangkai dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: menandatangai; pertanggungjawaban; mengkambinghitamkan; dll.

Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata.
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan kata yang sudah dianggap padu benar. Arti gabungan kata itu tidak dapat dikembalikan kepada arti kata-kata itu.
Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela; darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga; padahal; kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll

Kata daripada, misalnya, artinya tidak dapat dikembalikan kepada kata dari dan pada. Itu sebabnya, gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus ditulis serangkai. Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam kombinasinya.

Contoh: tunanetra; tunawisma; narasumber; dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi; dll.

Kata tuna berarti tidak punya, tetapi jika ada yang bertanya, “Kamu punya uang?” kita tidak akan menjawabnya dengan “tuna”. Begitu juga dengan kata dwi, yang berarti dua, kita tidak akan berkata, “saya punya dwi adik laki-laki.” Karena itulah gabungan kata ini harus ditulis dirangkai.
Perhatikan gabungan kata berikut!

Jika unsur terikat itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia; SIM-ku; KTP-mu.

Unsur maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya, yang berupa kata dasar. Namun dipisah penulisannya jika dirangkai dengan kata berimbuhan.
Contoh: Mahabijaksana; Mahatahu; Mahabesar.
Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri keadilan; peri kemanusiaan.


Tetapi, khusus kata ESA, walaupun berupa kata dasar, gabungan kata maha dan esa ditulis terpisah => Maha Esa.

2 komentar: