Keep
Going!!!
Oleh: Innes
Ayu Priyantiningtyas (SMA YPS Soroako)
“Aduh!” teriak seseorang dari
belakang.
Mendengar
itu aku langsung menoleh ke sumber suara. Ia tidak lain adalah Yumi, sahabatku.
Dengan spontan aku berlari ke belakang dan membantunya berdiri.
“Makanya, Yum. Kalau jalan itu
lihat ke depan, bukannya main handphone
mulu.” ucapku. “Benar tuh kata Risa. Lebih baik kamu simpan deh handphone-nya.” ucap Riko tiba-tiba setelah
melihat Yumi terjatuh.
Hari
ini, aku, Yumi, Riko,
dan beberapa teman kelas kami sedang mendaki Gunung Poci di Soroako, Kecamatan
Nuha. Kecamatan ini punya potensi alam yang bagus. Alam di desa ini sangat
indah.
Mungkin
saat semua orang mendengar kata desa maka semua orang akan membayangkan daerah
yang punya banyak pohon dan sawah. Rumahnya pun kebanyakan terbuat dari kayu. Tapi,
desa Soroako ini benar-benar berbeda. Di sini, masyarakatnya hidup sejahtera.
Walau di sini tidak benar-benar seperti kota, tapi di sini semua sudah
benar-benar berkembang. Setiap
jalan di desa ini sudah di aspal seperti yang ada di kota-kota, bahkan sebagian besar telah memiliki pemarka jalan dan
telah memiliki zebra cross.
Baru
sekitar dua tahun aku menginjakkan
kakiku di sini. Awalnya saat ayahku berkata akan pindah ke Soroako, aku kaget
sekali. Aku bahkan protes ke ayahku. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana
nanti jadinya jika aku tinggal
di desa. Aku ini anak yang sudah terbiasa dengan kehidupan kota, tidak mungkin
aku bisa hidup di desa begitu saja.
Tetapi
pandanganku berubah saat aku dan keluargaku sudah sampai di sini. Soroako ini
sangat indah. Di desa ini terdapat sebuah pabrik tambang yang berdiri. Walau
ada penebangan hutan untuk membuka wilayah tambang baru, tapi pabrik ini tidak
lupa terhadap alam. Mereka akan mereboisasi wilayah yang telah mereka rusak. Bahkan mereka tidak
lupa dengan satwa yang berada di hutan. Mereka masih menyisakan tempat kecil sebagai habitat untuk hidup
agar mereka tidak mati dan punah. Bukankah itu bagus? Seharusnya hal ini
dicontoh oleh pabrik lainnya.
“Ris?” ucap seseorang. Perlahan aku
terbangun dari lamunanku.
“Eh, Riko. Ada apa?” tanyaku.
“Sebaiknya kamu tidak melamun kalau
lagi berjalan. Lihat di depanmu.”
Tanpa banyak tanya
lagi, aku langsung melihat ke depanku. Ternyata di depanku ada sebuah pohon
besar yang berdiri kokoh. Kalau saja aku melangkah satu kali lagi, maka tamat sudah
riwayat kepalaku ini. Kepalaku mungkin akan benjol.
“Astaga! Untung saja kau
mengingatkanku. Terima kasih..” ucapku sambil menatap ngeri pohon yang berada
di depanku.
Perjalanan
kami menuju puncak ternyata lebih lama dan jauh daripada yang aku bayangkan. Kami
semua sudah kelelahan mendaki, namun semangat kami untuk mencapai puncak tidak
padam. Dan saat akhirnya kaki-kaki lelah kami sudah sampai di puncak, rasanya aku
sudah sangat terlalu lelah untuk menjelaskan perasaan kami.
Kami tanpa
banyak gerak langsung mengambil posisi enak dan duduk. Ditemani dengan angin
sepoi-sepoi kami semua menikmati pemandangan Desa Soroako dari puncak. Pemandangan
dari atas puncak sangat indah. Aku terpukau melihatnya.
Walau
sangat disayangkan karena dari sini aku tidak bisa melihat Danau Matano, tapi view desanya
saja sudah cukup. Sebenarnya Desa Soroako ini punya hal lain yang patut
dibanggakan, yaitu Danau Matano. Danau Matano masuk ke dalam daftar danau
terdalam di Indonesia, bahkan di dunia. Hebat bukan!? Aku pun tidak menyangka
kalau danau yang terletak di
desa kecil ini bisa masuk menjadi danau terdalam.
Saat
sedang nikmat-nikmatnya memikirkan keindahan alam Soroako, tiba-tiba terlintas
sebuah ide di otakku.
“Hei hei! Aku punya ide bagus!”
teriakku.
“Tumben banget kamu punya ide,
Ris.” ejek Yumi.
“Ih! Yum, aku serius nih!”
“Begini bagaimana kalau kita buat
organisasi yang akan menyebarluaskan informasi tentang Soroako? Kan sayang
banget kalau tempat seindah ini tidak dikembangkan potensinya.” lanjutku
langsung.
“Bener juga sih.. Aku ikut deh.
Kamu bisa ngandalin aku kok.” ucap Riko.
“Beneran, Rik? Aduh.. kamu baik
banget..”
“Hehe, tenang aja. Aku nanti yang
akan membuat blog dan beberapa akun sosial media
yang bisa memuat tentang Soroako.”
“Kamu, Yum? Mau ikutan gak?”
“Haha, tentu saja. Soalnya
kedengarannya seru.”
Hari
ini komitmen awal kami sebagai remaja yang ingin mengembangkan Soroako telah
terbentuk. Kali ini rasanya komitmenku bukan seperti komitmen orang-orang yang
mudah tergoyahkan. Komitmenku bukan komitmen yang hanya pada awalnya saja
bagus, namun pada akhirnya runtuh karena hembusan pelan. Komitmenku ini tetap
dan takkan berubah.
Keesokan
harinya, kami mulai berkumpul. Di saat seperti ini, Rikolah yang benar-benar
kami andalkan dalam hal pembuatan blog. Ia salah satu murid yang nilai IT-nya
tinggi di sekolah kami. Ia sudah bisa memprogam, membuat game, dan hal-hal
keren IT lainnya. Pokoknya dalam hal pembuatan dan meng-upload
adalah tugasnya. Aku
dan Yumi bertugas untuk mengumpulkan informasi mengenai Soroako.
Hari-hari
terus berlalu, walau hari sekolah masih terus berjalan, aku dan kedua temanku ini tetap
aktif dalam organisasi yang kami bangun. Mungkin anggota kami baru tiga orang,
tapi aku yakin lama-kelamaan pasti banyak orang yang berminat.
Nah
dalam setiap blog pasti ada unsur yang paling penting. Salah satu hal paling
penting itu, terkhususnya dalam blog kami adalah foto. Ya, kami harus terus
mencari dan menjepret foto alam yang ada di Soroako. Karena itulah, setiap hari
libur sekolah, kami pergi menjelajahi daerah-daerah baru di Soroako yang belum
pernah kami temui. Tak lupa selama berjalan-jalan, kami juga mengambil foto
pemandangan yang indah tentu saja.
Jujur saja,
sejak tinggal di sini, aku jarang sekali keluar rumah kecuali untuk hal yang
penting saja. Karena itu, aku benar-benar
terpukau melihat semua penemuan baruku bersama Yumi dan Riko. Ini benar-benar
seperti petualangan baru untukku. Kami selalu menemukan topik dan tempat baru
yang sebenarnya bisa dijelajahi dan dijadikan objek wisata.
“Hei, lihat! Pemandangan di sana bagus untuk
difoto!” teriakku saat kami sedang berada di hutan dekat Pantai Ide.
“Haha, benar, benar..” ucap Yumi
sambil berlari kecil ke arah daerah yang ku maksud.
Aku pun
mengikuti Yumi, namun karena kecerobohan yang sebenarnya sudah biasa, aku pun
tersandung. Karena terlalu takut terjatuh, aku pun menutup mataku. Namun,
alhasil selama beberapa detik aku tidak merasakan badanku terhempas ke tanah.
Saat membuka mata ternyata Riko sudah menahanku agar tidak jatuh.
Sebenarnya aku
merasa tertolong oleh Riko, tapi posisi kami benar-benar membuatku malu
sekaligus deg-degan.
Aku tidak tahu kenapa, tapi karena perasaan itu, aku pun langsung melepaskan
diri dari Riko.
“Terima kasih.” ucapku sambil
menundukkan kepalaku dan langsung pergi meninggalkan Riko yang hanya bisa melongo
melihat tingkahku yang aneh.
Semenjak
itu, setiap bertemu atau berpapasan dengan Riko, aku jadi selalu salah tingkah.
Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku, hingga akhirnya Yumi menyadarinya dan
menceramahiku.
Well, mungkin karena
Yumi, aku jadi tahu kalau
ternyata aku suka dengan Riko. Tapi, please
deh! Kalian tahu berapa menit Yumi menjelaskan hal itu semua kepadaku? 40
menit! Bayangkan saja berada di depan Yumi selama itu sambil melihat mulut Yumi
yang tidak berhenti berbicara hingga 40 menit lamanya.
Selain itu, Yumi
yang ternyata adalah stalker sejati
telah menyelidiki Riko di akun sosialnya. Yumi memperlihatkan sebuah blog
kepadaku. Di dalam blog itu aku membaca sebuah curhatan seseorang tentang
cintanya kepada seorang gadis. Aku terharu membacanya, tapi semua itu tertepiskan
saat Yumi bilang kalau itu adalah blog milik Riko. Yumi berkata kalau gadis
yang dimaksud dalam curhatan itu adalah aku!
OH MY GOD!! Masa sih Riko suka sama aku!!? Tapi
bukannya itu bagus? Aku kan bisa langsung berterus terang tanpa harus takut
lagi. Daripada aku harus salah tingkah terus di depannya..
“Ris, mending kamu kasih tahu aja
ke Riko kalau kamu suka sama dia. Lagi pula dia juga suka kamu.”
“Well, tapi kamu yakin kalau dia benar-benar suka sama aku?”
“Aduh, gak usah khawatir deh. Aku
yakin!
“Semuanya pasti bakal lancar deh!”
lanjut Yumi dengan penuh keyakinan.
Ucapan
Yumi terlalu memberi harapan padaku karena itulah kenapa aku langsung posting sebuah tulisan
mengenai semua hal menyenangkan yang pernah aku lalui dengan Riko dan
menuliskan kata “Karena itulah, aku suka dengan Riko” di bagian akhir posting-anku.
Lalu, aku mengunggahnya
di blog kami. Itulah usahaku untuk menyatakan perasaanku ke Riko.
Namun,
beberapa hari lewat tanpa respon dari Riko. Harapanku seketika pupus. Walau
anggota organisasi kami yang ternyata makin hari makin banyak, aku sama sekali
tidak senang dan terhibur. Aku tidak tahu kenapa semua semangatku serasa
tertarik keluar hingga tak tersisa sedikitpun di dalam diriku.
Entah
kenapa, perasaanku benar-benar sudah seperti gado-gado yang tercampur aduk. Ada
sedih, marah, malu, masih banyak deh. Karena itulah, mengapa awalnya aku
memutuskan untuk keluar dari organisasi yang aku bentuk. Aku terlalu depresi
untuk melihat wajah Riko. Tapi, setelah melihat kembali semangat semua anggota
baru organisasi kami, aku mulai menyadari sesuatu. Buat apa, aku memikirkan hal
kecil seperti ini, ketika ada hal besar yang sedang menungguku di sana.
Niatku
untuk keluar dari organisasi pun menghilang, hal itu digantikan dengan
bertambahnya semangatku untuk mengembangkan Soroakoku yang tercinta ini. Aku
ingin daerahku suatu hari akan sukses karena jerih payahku dan organisasi ini. Karena itu,
walau ada hal kecil seperti masalah percintaan atau yang lainnya menghadang aku
tidak akan menyerah pada organisasiku begitu saja! Aku akan menjadi penerus
bangsa dan daerahku! Semangat!! Haha..
***End***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar