Jumat, 14 Agustus 2015

Our Memories

Our Memories
Oleh: Alma Amalia Sukriyadi (SMA YPS Soroako)

Darah segar perlahan menetes dari kepala Aqila, benturan yang cukup keras menyebabkan gadis yang sebentar lagi genap berusia 24 tahun itu tak sadarkan diri di kursi penumpang setelah mobil yang ditumpanginya mengalami tabrakan dengan truk tronton. Sang sopir yang berusaha menghindar menyebabkan mobil mini bus itu masuk ke jurang sedalam 10 meter.
**
Tante sama om pergi membeli minum dulu ya!” ucap wanita paruh baya itu.
Iya tante.” jawab Radit. Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka lalu menutup.
**
Sepeninggal kedua calon mertuanya itu, Radit menatap Aqila yang terbaring di tempat tidur dengan sedih. Ia menghela nafas dan kemudian tertunduk lesu memandangi tangan Aqila. Tiba-tiba tangan Aqila bergerak. Sontak radit merasa sangat senang. Ia tidak bermimpi. Tak lama kemudian mata Aqila perlahan terbuka.
Aqila?” bisiknya pelan.
Akhirnya, kau sadar juga” ucap Radit.
 “Kamu siapa?” ucap Aqila. Pertanyaan Aqila seolah menikam hatinya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan kedua orang tua Aqila memasuki ruangan dengan perasaan senang.
Dia sudah sadar Pa!” ucap ibunya sambil memeluk ayahnya. Aqila berkerut samar, perlahan-lahan ia mengangkat tangan ke kepala.
Jangan sentuh kepalamu dulu” ucap Radit lembut sambil memegang tangan Aqila.
Jangan sentuh-sentuh aku” ucap Aqila. “Apa kau tak punya sopan santun?” lanjutnya. Radit hanya bisa diam. Ia tahu, Aqila adalah seorang yang tak suka di sentuh oleh orang lain. Tapi, aku Radit. “Sepertinya ada yang salah dengan Aqila” kata Radit dalam hati.
“Aqila. Jangan begitu sama Radit.” ucap mamanya. "Radit itu tunangan kamu.” Lanjut ibunya.
 “Radit? tunangan? Jangan ngaco Ma!” kata Aqila. Raut wajah ibunya seketika berubah.
Aku nggak apa-apa kok tante” jawab Radit menenangkan ibu Aqila. “Mungkin Aqila nggak ingat aku.” Lanjutnya. Mendengar hal itu, ibu Aqila merasa bersalah kepada calaon menanantunya itu.
Pa, tolong panggilkan dokter Hans!” kata ibunya kepada ayah Aqila.
**
Akibat benturan keras yang dialaminya saat kecelakaan itu, Aqila kehilangan sebagian ingatannya. Menurut dokter, ia hanya kehilangan ingatan tentang dua bulan terakhir. “Setidaknya aku masih mengingat namaku sendiri, orang tuaku, dan semua yang terjadi padaku sampai dua bulan ini.” Ucap Aqila dalam hati. Tapi, ada sesuatu yang mengganggunya. “Tunangan? Sejak kapan aku tunangan dengan dia?” lanjut Aqila. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. “Kalau terus begini aku bisa gila.gerutuknya dalam hati. Tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk tidur.
**
Aku dengar hari ini kau sudah boleh pulang. Tante dan om sedang bicara dengan dokter.” Kata radit lembut.
Radit, boleh aku bertanya?” kata Aqila ragu-ragu.
Silakan.” jawab Radit sambil memasukkan pakain Aqila ke dalam tas.
Itu, kamu oh bukan maksudku kita benaar-benar tunangan?” tanya Aqila. “Maafkan aku, tapi aku sungguh tidak mengingatnya. Kecelakaan sialan itu mengambil ingatanku tentangmu.” lanjutnya.
Kalaupun aku jawab iya. Kau mungkin takkan memercayaiku. Tapi tak usah khawatir, aku akan membuatmu mengingat semua.” jawab radit lembut sambil memegang tangan Aqila.
Aqila merasakan tangan Radit memegang tangannya. Ada perasaan nyaman saat tangan mereka bersentuhan. “Sudahlah, tak usah kau pikirkan. Nanti kepalamu sakit lagi.” ucap Radit sambil memasukkan pakaian terakhir Aqila ke dalam tas. “Nah! Sudah selesai. Ayo, kita pulang!” kata Radit bersemangat.
**
Hawa dingin pagi ini membuat Aqila tak ingin meninggalkan kasur dan selimutnya yang hangat. Ini adalah hari pertamanya di desa kecil bernama Sorowako yang terletak di ujung Sulawesi Selatan. Desa kecil ini ternyata memiliki banyak kekayaan alam, salah satunya nikel. Tak ayal desa ini memiliki pabrik nikel terbesar, PT VALE Indonesia Tbk. Ibunya sengaja membawanya ke desa ini agar proses penyembuhannya dapat berjalan cepat.
**
Selama sebulan berada di desa ini Aqila merasa nyaman. Entah itu karena tempat ini jauh dari polusi atau karena keberadaan Radit yang selalu ada di sampingnya. Ia merasa optimis ingatannya akan kembali cepat atau lambat. Setiap malam satu per satu ingatannya kembali dan hal itu membuat kepalanya sakit.
Pagi ini seperti biasa Radit sudah ada di depan rumah Aqila. Hari ini ia mengenakan kaos berwarna hitam serta celana jeans yang berwarna hitam pula. Setelah menunggu selama 10 menit, Aqila akhirnya keluar.
Kamu sudah siap?” tanya radit.
Kita mau kemana sih?” tanya Aqila balik.
Ada deh. Nanti kamu tahu sendiri.” jawab Radit.
Terserah kamu aja deh. Asal aku pulangnya selamat.” kata Aqila sambil memajukan bibirnya.
Idihhh ngambek. Kalau aku kasih tahu sekarang nanti nggak sureprise loh.” kata Radit. Setelah itu, Aqila hanya diam dan Radit percaya bahwa diamnya cewek berarti iya. Dan lima detik kemudian mobil yang mereka gunakan melaju menuju Danau Matano.
Aqila sangat senang ketika tahu Radit membawanya ke Pantai Salonsa, salah satu tempat favoritnya selain puncak. Melihat birunya air Danau Matano membuatnya merasa tenang. Sejenak ia dapat melupakan rasa sakit yang kadang datang.
“La. Duduk di sini yuk!ajak Radit sambil menggelar tikar yang datang entah dari mana. Aqila lalu berjalan ke arah Radit lalu duduk tepat di samping Radit.
Cantik banget ya.” ucap Aqila sambil melihat pemandangan indah di depannya. Hamparan air danau yang berwarna biru dihiasi pegunungan hijau di belakangannya.
Iya La, cantik banget.” kata Radit. “La, aku pengen kamu tahu. Aku nggak bakalan maksa kamu buat ingat semua kejadian selama dua bulan yang lalu. Aku bakalan nunggu sampai kamu ingat lagi sama aku.” ucap Radit lembut sambil mengelus rambut Aqila.
Tapi…..” jawab Aqila. ia tidak tahu harus jawab apa. Radit mengerti kebingungan yang terpancar jelas di wajah Aqila. “Aku nggak minta kamu jawab apa-apa. Hmmmm, pergi yuk! Jalan-jalan kita belum selesai.” ajak Radit setelah merasa bahwa mereka telah berada di sana cukup lama.
Mau ke mana lagi?” tanya Aqila penasaran.
Ada deh.” jawab Radit sambil berjalan menuju mobil. Mau tak mau Aqila berjalan cepat mengikuti Radit.
Ternyata Radit membawanya berkeliling Soroako. Mereka menghabiskan sepanjang hari mengunjungi Pantai Kupu-Kupu, Pantai Ide, dan Yacht Club.
Pukul lima sore mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Setelah lima belas menit perjalanan menggunakan mobil, Radit memarkir mobilnya di tempat parker nursery. Nursery adalah tempat pengembangbiakan tumbuhan untuk menggantikan tanam yang ditebang setelah proses penambangan oleh PT VALE. Satu hal yang Aqila sadari selama di Soroako, desa ini memiliki banyak fasilitas umum yang bagus. Lapangan golf merupakan salah satunya. Dalam hati ia memuji pertumbuhan desa ini.
Turun yuk!” ajak Radit. setelah mengucapkan hal itu mereka kemudian turun dari mobil dan berjalan mengikuti jalan setapak.
“Dit, ini kan.” Kata aqila tak percaya saat jalan setapak berubah menjadi agak mendaki. Radit yang mendengar hal itu hanya tersenyum lembut ke arah Aqila.
Setelah berjalan kurang lebih 30 menit, mereka akhirnya sampai di puncak. Semilir angin ketinggian, dan pemandangan yang sangat Aqila sukai.
Kamu kok tahu tempat ini?” tanya Aqila.
Kamu udah pernah ajak aku ke sini sebulan yang lalu.” jawab Radit.
Serius? Kamu nggak bohongkan?” tanya Aqila.
Ngapain juga aku bohongin kamu.” jawab Radit. “Ehh, liat!” kata Radit bersemangat. “Wow!” teriaknya sambil melihat pemandangan indah di bawah sana. Satu persatu lampu-lampu rumah penduduk dinyalakan. Lampu-lampu itu bagaikan bintang-bintang yang ada di langit.
“La.” ucapnya Radit lembut.
“Ya.” jawab Aqila.
“Aku pengen kamu tahu kalau aku sayang banget sama kamu. Aku nggak peduli kalaupun kamu nggak bakalan ingat aku lagi. Aku tetap sayang sama kamu.” ucap Radit lalu mengenggenggam tangan Aqila lembut. Mendengar hal itu Aqila merasa pipinya memerah.
Untung saja ini sudah gelap.” kata Aqila dalam hati.
Pulang yuk! Sudah gelap nih.” ajak Aqila.
Yuk!” jawab Radit.
**
Tanpa Aqila sadari ternyata dirinya jatuh cinta untuk kedua kalinya kepada Radit. walaupun ingatan Aqila tidak pernah kembali namun ternyata perasaan yang ada di dalam hatinya tidak pernah berubah kepada Radit, ia tetap mencintai Radit dengan sepenuh hatinya. True love is always find its way to go back.

*** End ***








Add caption

Tidak ada komentar:

Posting Komentar