Our
Memories
Oleh: Alma
Amalia Sukriyadi (SMA YPS Soroako)
Darah segar
perlahan menetes dari kepala Aqila, benturan yang cukup keras menyebabkan gadis
yang sebentar lagi genap berusia 24 tahun itu tak sadarkan diri di kursi
penumpang setelah mobil yang ditumpanginya mengalami tabrakan dengan truk
tronton. Sang sopir yang berusaha
menghindar menyebabkan mobil mini bus itu masuk ke jurang sedalam 10 meter.
**
“Tante sama om pergi membeli minum dulu ya!” ucap wanita paruh
baya itu.
“Iya tante.” jawab Radit. Tak
lama kemudian terdengar suara pintu terbuka lalu menutup.
**
Sepeninggal
kedua calon mertuanya itu, Radit menatap Aqila yang terbaring di tempat tidur
dengan sedih. Ia menghela nafas dan kemudian tertunduk lesu memandangi tangan Aqila. Tiba-tiba tangan Aqila bergerak. Sontak
radit merasa sangat senang. Ia tidak bermimpi. Tak lama kemudian mata Aqila perlahan terbuka.
“Aqila?” bisiknya pelan.
“Akhirnya, kau sadar juga” ucap Radit.
“Kamu
siapa?” ucap Aqila. Pertanyaan Aqila seolah menikam
hatinya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan kedua orang tua Aqila memasuki
ruangan dengan perasaan senang.
“Dia sudah sadar Pa!” ucap ibunya sambil
memeluk ayahnya. Aqila berkerut samar, perlahan-lahan ia mengangkat tangan ke
kepala.
“Jangan sentuh kepalamu dulu” ucap Radit
lembut sambil memegang tangan Aqila.
“Jangan sentuh-sentuh aku” ucap Aqila. “Apa kau tak punya sopan
santun?” lanjutnya. Radit hanya bisa diam. Ia tahu, Aqila adalah seorang yang
tak suka di sentuh oleh orang lain. Tapi, aku Radit. “Sepertinya ada yang salah
dengan Aqila” kata Radit dalam hati.
“Aqila. Jangan begitu sama Radit.” ucap mamanya. "Radit itu tunangan kamu.” Lanjut
ibunya.
“Radit? tunangan?
Jangan ngaco Ma!”
kata Aqila. Raut wajah ibunya seketika berubah.
“Aku nggak
apa-apa kok tante” jawab Radit
menenangkan ibu Aqila. “Mungkin Aqila nggak ingat aku.” Lanjutnya.
Mendengar hal itu, ibu Aqila merasa bersalah kepada calaon menanantunya itu.
“Pa, tolong panggilkan dokter Hans!” kata ibunya kepada
ayah Aqila.
**
Akibat benturan
keras yang dialaminya saat kecelakaan itu, Aqila kehilangan sebagian
ingatannya. Menurut dokter, ia hanya kehilangan ingatan tentang dua bulan
terakhir. “Setidaknya
aku masih mengingat namaku sendiri, orang tuaku, dan semua yang terjadi padaku
sampai dua bulan ini.” Ucap Aqila dalam hati. Tapi, ada sesuatu yang
mengganggunya. “Tunangan?
Sejak kapan aku tunangan
dengan dia?”
lanjut Aqila. Tiba-tiba kepalanya
terasa sangat sakit. “Kalau
terus begini aku bisa gila.”
gerutuknya dalam hati.
Tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, akhirnya ia menyerah dan memutuskan
untuk tidur.
**
“Aku dengar hari ini kau sudah boleh
pulang. Tante dan om sedang bicara dengan dokter.” Kata radit lembut.
“Radit, boleh aku bertanya?” kata Aqila ragu-ragu.
“Silakan.” jawab Radit sambil memasukkan pakain Aqila ke dalam tas.
“Itu, kamu oh bukan maksudku kita
benaar-benar tunangan?”
tanya Aqila. “Maafkan aku, tapi aku
sungguh tidak mengingatnya. Kecelakaan sialan itu mengambil ingatanku tentangmu.” lanjutnya.
“Kalaupun aku jawab iya. Kau mungkin takkan
memercayaiku. Tapi tak usah khawatir,
aku akan membuatmu mengingat semua.” jawab
radit lembut sambil memegang tangan Aqila.
Aqila merasakan
tangan Radit memegang tangannya.
Ada perasaan nyaman saat tangan mereka bersentuhan. “Sudahlah, tak usah kau pikirkan. Nanti kepalamu
sakit lagi.” ucap
Radit sambil memasukkan
pakaian terakhir Aqila
ke dalam
tas. “Nah! Sudah selesai. Ayo, kita pulang!” kata Radit bersemangat.
**
Hawa dingin pagi
ini membuat Aqila
tak ingin meninggalkan kasur dan selimutnya yang hangat. Ini adalah hari
pertamanya di desa kecil bernama Sorowako
yang terletak di ujung Sulawesi Selatan.
Desa kecil ini ternyata memiliki banyak kekayaan alam, salah satunya nikel. Tak
ayal desa ini memiliki pabrik nikel terbesar, PT VALE Indonesia Tbk. Ibunya sengaja
membawanya ke desa ini agar proses penyembuhannya dapat berjalan cepat.
**
Selama sebulan
berada di desa ini Aqila
merasa nyaman. Entah itu karena tempat ini jauh dari polusi atau karena
keberadaan Radit
yang selalu ada di sampingnya.
Ia merasa optimis ingatannya akan kembali cepat atau lambat. Setiap malam satu
per satu
ingatannya kembali dan hal itu membuat kepalanya sakit.
Pagi ini seperti
biasa Radit sudah ada di depan
rumah Aqila. Hari ini ia mengenakan
kaos berwarna hitam serta celana jeans yang berwarna hitam pula. Setelah
menunggu selama 10 menit,
Aqila akhirnya keluar.
“Kamu sudah siap?” tanya radit.
“Kita mau kemana sih?” tanya Aqila balik.
“Ada deh. Nanti kamu tahu sendiri.” jawab Radit.
“Terserah kamu aja deh. Asal aku pulangnya
selamat.” kata Aqila sambil memajukan
bibirnya.
“Idihhh ngambek. Kalau aku kasih tahu
sekarang nanti nggak
sureprise
loh.” kata Radit. Setelah itu, Aqila
hanya diam dan Radit
percaya bahwa diamnya cewek berarti iya. Dan lima detik kemudian mobil yang mereka
gunakan melaju menuju Danau
Matano.
Aqila sangat
senang ketika tahu Radit
membawanya ke Pantai
Salonsa, salah satu tempat favoritnya selain puncak. Melihat birunya air Danau Matano membuatnya merasa
tenang. Sejenak ia dapat melupakan rasa sakit yang kadang datang.
“La. Duduk di sini yuk!” ajak Radit sambil menggelar
tikar yang datang entah dari mana. Aqila lalu berjalan ke arah Radit lalu duduk tepat
di samping
Radit.
“Cantik banget ya.” ucap Aqila sambil melihat
pemandangan indah di depannya.
Hamparan air danau yang berwarna biru dihiasi pegunungan hijau di
belakangannya.
“Iya La,
cantik banget.” kata Radit. “La, aku
pengen kamu tahu. Aku nggak
bakalan maksa kamu buat ingat semua kejadian selama dua bulan yang lalu. Aku
bakalan nunggu sampai kamu ingat lagi sama aku.” ucap Radit lembut sambil mengelus rambut
Aqila.
“Tapi…..” jawab Aqila. ia tidak tahu harus
jawab apa. Radit mengerti kebingungan yang terpancar jelas di wajah Aqila. “Aku nggak minta kamu jawab
apa-apa. Hmmmm, pergi yuk!
Jalan-jalan kita belum selesai.” ajak
Radit setelah merasa bahwa mereka telah berada di sana cukup lama.
“Mau ke mana lagi?” tanya Aqila penasaran.
“Ada deh.” jawab Radit sambil berjalan menuju mobil.
Mau tak mau Aqila
berjalan cepat mengikuti Radit.
Ternyata Radit membawanya
berkeliling Soroako. Mereka menghabiskan sepanjang hari mengunjungi Pantai Kupu-Kupu, Pantai Ide, dan Yacht Club.
Pukul lima sore
mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Setelah lima belas menit
perjalanan menggunakan mobil, Radit
memarkir mobilnya di tempat parker nursery. Nursery adalah tempat pengembangbiakan
tumbuhan untuk menggantikan tanam yang ditebang setelah proses penambangan oleh
PT VALE. Satu hal yang Aqila
sadari selama di Soroako,
desa ini memiliki banyak fasilitas umum yang bagus. Lapangan golf merupakan
salah satunya. Dalam hati ia memuji pertumbuhan desa ini.
“Turun yuk!” ajak Radit. setelah mengucapkan
hal itu mereka kemudian turun dari mobil dan berjalan mengikuti jalan setapak.
“Dit, ini kan.” Kata aqila tak
percaya saat jalan setapak berubah menjadi agak mendaki. Radit yang mendengar
hal itu hanya tersenyum lembut ke arah Aqila.
Setelah berjalan
kurang lebih 30 menit, mereka akhirnya sampai di puncak. Semilir angin
ketinggian, dan
pemandangan yang sangat
Aqila sukai.
“Kamu kok tahu tempat ini?” tanya Aqila.
“Kamu udah pernah ajak aku ke sini sebulan
yang lalu.” jawab
Radit.
“Serius? Kamu nggak bohongkan?” tanya Aqila.
“Ngapain juga aku bohongin kamu.” jawab Radit. “Ehh, liat!” kata Radit
bersemangat. “Wow!”
teriaknya sambil melihat pemandangan indah di bawah sana. Satu
persatu lampu-lampu rumah penduduk dinyalakan. Lampu-lampu itu bagaikan
bintang-bintang yang ada di langit.
“La.” ucapnya Radit lembut.
“Ya.” jawab Aqila.
“Aku pengen kamu tahu kalau aku
sayang banget sama kamu. Aku nggak
peduli kalaupun kamu nggak
bakalan ingat aku lagi. Aku tetap sayang sama kamu.” ucap Radit lalu
mengenggenggam tangan Aqila lembut. Mendengar hal itu Aqila merasa pipinya
memerah.
“Untung saja ini sudah gelap.” kata Aqila dalam hati.
“Pulang yuk! Sudah gelap nih.” ajak Aqila.
“Yuk!” jawab Radit.
**
Tanpa Aqila
sadari ternyata dirinya jatuh cinta untuk kedua kalinya kepada Radit. walaupun
ingatan Aqila tidak pernah kembali namun ternyata perasaan yang ada di dalam hatinya tidak
pernah berubah kepada Radit, ia tetap mencintai Radit dengan sepenuh hatinya. True love is always find its way to go back.
*** End ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar