Jumat, 14 Agustus 2015

Kampanye Lingkungan Hidup "Selamatkan Danau Matano"



Keep Going!!!

Keep Going!!!
Oleh: Innes Ayu Priyantiningtyas (SMA YPS Soroako)

“Aduh!” teriak seseorang dari belakang.
            Mendengar itu aku langsung menoleh ke sumber suara. Ia tidak lain adalah Yumi, sahabatku. Dengan spontan aku berlari ke belakang dan membantunya berdiri.
“Makanya, Yum. Kalau jalan itu lihat ke depan, bukannya main handphone mulu.” ucapku. “Benar tuh kata Risa. Lebih baik kamu simpan deh handphone-nya.” ucap Riko tiba-tiba setelah melihat Yumi terjatuh.
            Hari ini, aku, Yumi, Riko, dan beberapa teman kelas kami sedang mendaki Gunung Poci di Soroako, Kecamatan Nuha. Kecamatan ini punya potensi alam yang bagus. Alam di desa ini sangat indah.
            Mungkin saat semua orang mendengar kata desa maka semua orang akan membayangkan daerah yang punya banyak pohon dan sawah. Rumahnya pun kebanyakan terbuat dari kayu. Tapi, desa Soroako ini benar-benar berbeda. Di sini, masyarakatnya hidup sejahtera. Walau di sini tidak benar-benar seperti kota, tapi di sini semua sudah benar-benar berkembang. Setiap jalan di desa ini sudah di aspal seperti yang ada di kota-kota, bahkan sebagian besar telah memiliki pemarka jalan dan telah memiliki zebra cross.
            Baru sekitar dua tahun aku menginjakkan kakiku di sini. Awalnya saat ayahku berkata akan pindah ke Soroako, aku kaget sekali. Aku bahkan protes ke ayahku. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana nanti jadinya jika aku tinggal di desa. Aku ini anak yang sudah terbiasa dengan kehidupan kota, tidak mungkin aku bisa hidup di desa begitu saja.
            Tetapi pandanganku berubah saat aku dan keluargaku sudah sampai di sini. Soroako ini sangat indah. Di desa ini terdapat sebuah pabrik tambang yang berdiri. Walau ada penebangan hutan untuk membuka wilayah tambang baru, tapi pabrik ini tidak lupa terhadap alam. Mereka akan mereboisasi wilayah yang telah mereka rusak. Bahkan mereka tidak lupa dengan satwa yang berada di hutan. Mereka masih menyisakan tempat kecil sebagai habitat untuk hidup agar mereka tidak mati dan punah. Bukankah itu bagus? Seharusnya hal ini dicontoh oleh pabrik lainnya.
“Ris?” ucap seseorang. Perlahan aku terbangun dari lamunanku.
“Eh, Riko. Ada apa?” tanyaku.
“Sebaiknya kamu tidak melamun kalau lagi berjalan. Lihat di depanmu.”
Tanpa banyak tanya lagi, aku langsung melihat ke depanku. Ternyata di depanku ada sebuah pohon besar yang berdiri kokoh. Kalau saja aku melangkah satu kali lagi, maka tamat sudah riwayat kepalaku ini. Kepalaku mungkin akan benjol.
“Astaga! Untung saja kau mengingatkanku. Terima kasih..” ucapku sambil menatap ngeri pohon yang berada di depanku.
            Perjalanan kami menuju puncak ternyata lebih lama dan jauh daripada yang aku bayangkan. Kami semua sudah kelelahan mendaki, namun semangat kami untuk mencapai puncak tidak padam. Dan saat akhirnya kaki-kaki lelah kami sudah sampai di puncak, rasanya aku sudah sangat terlalu lelah untuk menjelaskan perasaan kami.
Kami tanpa banyak gerak langsung mengambil posisi enak dan duduk. Ditemani dengan angin sepoi-sepoi kami semua menikmati pemandangan Desa Soroako dari puncak. Pemandangan dari atas puncak sangat indah. Aku terpukau melihatnya.
            Walau sangat disayangkan karena dari sini aku tidak bisa melihat Danau Matano, tapi view desanya saja sudah cukup. Sebenarnya Desa Soroako ini punya hal lain yang patut dibanggakan, yaitu Danau Matano. Danau Matano masuk ke dalam daftar danau terdalam di Indonesia, bahkan di dunia. Hebat bukan!? Aku pun tidak menyangka kalau danau yang terletak di desa kecil ini bisa masuk menjadi danau terdalam.
            Saat sedang nikmat-nikmatnya memikirkan keindahan alam Soroako, tiba-tiba terlintas sebuah ide di otakku.
“Hei hei! Aku punya ide bagus!” teriakku.
“Tumben banget kamu punya ide, Ris.” ejek Yumi.
“Ih! Yum, aku serius nih!”
“Begini bagaimana kalau kita buat organisasi yang akan menyebarluaskan informasi tentang Soroako? Kan sayang banget kalau tempat seindah ini tidak dikembangkan potensinya.” lanjutku langsung.
“Bener juga sih.. Aku ikut deh. Kamu bisa ngandalin aku kok.” ucap Riko.
“Beneran, Rik? Aduh.. kamu baik banget..”
“Hehe, tenang aja. Aku nanti yang akan membuat blog dan beberapa akun sosial media yang bisa memuat tentang Soroako.”
“Kamu, Yum? Mau ikutan gak?”
“Haha, tentu saja. Soalnya kedengarannya seru.”
            Hari ini komitmen awal kami sebagai remaja yang ingin mengembangkan Soroako telah terbentuk. Kali ini rasanya komitmenku bukan seperti komitmen orang-orang yang mudah tergoyahkan. Komitmenku bukan komitmen yang hanya pada awalnya saja bagus, namun pada akhirnya runtuh karena hembusan pelan. Komitmenku ini tetap dan takkan berubah.
Keesokan harinya, kami mulai berkumpul. Di saat seperti ini, Rikolah yang benar-benar kami andalkan dalam hal pembuatan blog. Ia salah satu murid yang nilai IT-nya tinggi di sekolah kami. Ia sudah bisa memprogam, membuat game, dan hal-hal keren IT lainnya. Pokoknya dalam hal pembuatan dan meng-upload adalah tugasnya. Aku dan Yumi bertugas untuk mengumpulkan informasi mengenai Soroako.
            Hari-hari terus berlalu, walau hari sekolah masih terus berjalan, aku dan kedua temanku ini tetap aktif dalam organisasi yang kami bangun. Mungkin anggota kami baru tiga orang, tapi aku yakin lama-kelamaan pasti banyak orang yang berminat.
            Nah dalam setiap blog pasti ada unsur yang paling penting. Salah satu hal paling penting itu, terkhususnya dalam blog kami adalah foto. Ya, kami harus terus mencari dan menjepret foto alam yang ada di Soroako. Karena itulah, setiap hari libur sekolah, kami pergi menjelajahi daerah-daerah baru di Soroako yang belum pernah kami temui. Tak lupa selama berjalan-jalan, kami juga mengambil foto pemandangan yang indah tentu saja.
Jujur saja, sejak tinggal di sini, aku jarang sekali keluar rumah kecuali untuk hal yang penting saja. Karena itu, aku benar-benar terpukau melihat semua penemuan baruku bersama Yumi dan Riko. Ini benar-benar seperti petualangan baru untukku. Kami selalu menemukan topik dan tempat baru yang sebenarnya bisa dijelajahi dan dijadikan objek wisata.
             “Hei, lihat! Pemandangan di sana bagus untuk difoto!” teriakku saat kami sedang berada di hutan dekat Pantai Ide.
“Haha, benar, benar..” ucap Yumi sambil berlari kecil ke arah daerah yang ku maksud.
Aku pun mengikuti Yumi, namun karena kecerobohan yang sebenarnya sudah biasa, aku pun tersandung. Karena terlalu takut terjatuh, aku pun menutup mataku. Namun, alhasil selama beberapa detik aku tidak merasakan badanku terhempas ke tanah. Saat membuka mata ternyata Riko sudah menahanku agar tidak jatuh.
Sebenarnya aku merasa tertolong oleh Riko, tapi posisi kami benar-benar membuatku malu sekaligus deg-degan. Aku tidak tahu kenapa, tapi karena perasaan itu, aku pun langsung melepaskan diri dari Riko.
“Terima kasih.” ucapku sambil menundukkan kepalaku dan langsung pergi meninggalkan Riko yang hanya bisa melongo melihat tingkahku yang aneh.
            Semenjak itu, setiap bertemu atau berpapasan dengan Riko, aku jadi selalu salah tingkah. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku, hingga akhirnya Yumi menyadarinya dan menceramahiku.
Well, mungkin karena Yumi, aku jadi tahu kalau ternyata aku suka dengan Riko. Tapi, please deh! Kalian tahu berapa menit Yumi menjelaskan hal itu semua kepadaku? 40 menit! Bayangkan saja berada di depan Yumi selama itu sambil melihat mulut Yumi yang tidak berhenti berbicara hingga 40 menit lamanya.
Selain itu, Yumi yang ternyata adalah stalker sejati telah menyelidiki Riko di akun sosialnya. Yumi memperlihatkan sebuah blog kepadaku. Di dalam blog itu aku membaca sebuah curhatan seseorang tentang cintanya kepada seorang gadis. Aku terharu membacanya, tapi semua itu tertepiskan saat Yumi bilang kalau itu adalah blog milik Riko. Yumi berkata kalau gadis yang dimaksud dalam curhatan itu adalah aku!
OH MY GOD!! Masa sih Riko suka sama aku!!? Tapi bukannya itu bagus? Aku kan bisa langsung berterus terang tanpa harus takut lagi. Daripada aku harus salah tingkah terus di depannya..
“Ris, mending kamu kasih tahu aja ke Riko kalau kamu suka sama dia. Lagi pula dia juga suka kamu.”
Well, tapi kamu yakin kalau dia benar-benar suka sama aku?”
“Aduh, gak usah khawatir deh. Aku yakin!
“Semuanya pasti bakal lancar deh!” lanjut Yumi dengan penuh keyakinan.
            Ucapan Yumi terlalu memberi harapan padaku karena itulah kenapa aku langsung posting sebuah tulisan mengenai semua hal menyenangkan yang pernah aku lalui dengan Riko dan menuliskan kata “Karena itulah, aku suka dengan Riko” di bagian akhir posting-anku. Lalu, aku mengunggahnya di blog kami. Itulah usahaku untuk menyatakan perasaanku ke Riko.
            Namun, beberapa hari lewat tanpa respon dari Riko. Harapanku seketika pupus. Walau anggota organisasi kami yang ternyata makin hari makin banyak, aku sama sekali tidak senang dan terhibur. Aku tidak tahu kenapa semua semangatku serasa tertarik keluar hingga tak tersisa sedikitpun di dalam diriku.
            Entah kenapa, perasaanku benar-benar sudah seperti gado-gado yang tercampur aduk. Ada sedih, marah, malu, masih banyak deh. Karena itulah, mengapa awalnya aku memutuskan untuk keluar dari organisasi yang aku bentuk. Aku terlalu depresi untuk melihat wajah Riko. Tapi, setelah melihat kembali semangat semua anggota baru organisasi kami, aku mulai menyadari sesuatu. Buat apa, aku memikirkan hal kecil seperti ini, ketika ada hal besar yang sedang menungguku di sana.
            Niatku untuk keluar dari organisasi pun menghilang, hal itu digantikan dengan bertambahnya semangatku untuk mengembangkan Soroakoku yang tercinta ini. Aku ingin daerahku suatu hari akan sukses karena jerih payahku dan organisasi ini. Karena itu, walau ada hal kecil seperti masalah percintaan atau yang lainnya menghadang aku tidak akan menyerah pada organisasiku begitu saja! Aku akan menjadi penerus bangsa dan daerahku! Semangat!! Haha..    


***End***

Our Memories

Our Memories
Oleh: Alma Amalia Sukriyadi (SMA YPS Soroako)

Darah segar perlahan menetes dari kepala Aqila, benturan yang cukup keras menyebabkan gadis yang sebentar lagi genap berusia 24 tahun itu tak sadarkan diri di kursi penumpang setelah mobil yang ditumpanginya mengalami tabrakan dengan truk tronton. Sang sopir yang berusaha menghindar menyebabkan mobil mini bus itu masuk ke jurang sedalam 10 meter.
**
Tante sama om pergi membeli minum dulu ya!” ucap wanita paruh baya itu.
Iya tante.” jawab Radit. Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka lalu menutup.
**
Sepeninggal kedua calon mertuanya itu, Radit menatap Aqila yang terbaring di tempat tidur dengan sedih. Ia menghela nafas dan kemudian tertunduk lesu memandangi tangan Aqila. Tiba-tiba tangan Aqila bergerak. Sontak radit merasa sangat senang. Ia tidak bermimpi. Tak lama kemudian mata Aqila perlahan terbuka.
Aqila?” bisiknya pelan.
Akhirnya, kau sadar juga” ucap Radit.
 “Kamu siapa?” ucap Aqila. Pertanyaan Aqila seolah menikam hatinya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan kedua orang tua Aqila memasuki ruangan dengan perasaan senang.
Dia sudah sadar Pa!” ucap ibunya sambil memeluk ayahnya. Aqila berkerut samar, perlahan-lahan ia mengangkat tangan ke kepala.
Jangan sentuh kepalamu dulu” ucap Radit lembut sambil memegang tangan Aqila.
Jangan sentuh-sentuh aku” ucap Aqila. “Apa kau tak punya sopan santun?” lanjutnya. Radit hanya bisa diam. Ia tahu, Aqila adalah seorang yang tak suka di sentuh oleh orang lain. Tapi, aku Radit. “Sepertinya ada yang salah dengan Aqila” kata Radit dalam hati.
“Aqila. Jangan begitu sama Radit.” ucap mamanya. "Radit itu tunangan kamu.” Lanjut ibunya.
 “Radit? tunangan? Jangan ngaco Ma!” kata Aqila. Raut wajah ibunya seketika berubah.
Aku nggak apa-apa kok tante” jawab Radit menenangkan ibu Aqila. “Mungkin Aqila nggak ingat aku.” Lanjutnya. Mendengar hal itu, ibu Aqila merasa bersalah kepada calaon menanantunya itu.
Pa, tolong panggilkan dokter Hans!” kata ibunya kepada ayah Aqila.
**
Akibat benturan keras yang dialaminya saat kecelakaan itu, Aqila kehilangan sebagian ingatannya. Menurut dokter, ia hanya kehilangan ingatan tentang dua bulan terakhir. “Setidaknya aku masih mengingat namaku sendiri, orang tuaku, dan semua yang terjadi padaku sampai dua bulan ini.” Ucap Aqila dalam hati. Tapi, ada sesuatu yang mengganggunya. “Tunangan? Sejak kapan aku tunangan dengan dia?” lanjut Aqila. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. “Kalau terus begini aku bisa gila.gerutuknya dalam hati. Tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk tidur.
**
Aku dengar hari ini kau sudah boleh pulang. Tante dan om sedang bicara dengan dokter.” Kata radit lembut.
Radit, boleh aku bertanya?” kata Aqila ragu-ragu.
Silakan.” jawab Radit sambil memasukkan pakain Aqila ke dalam tas.
Itu, kamu oh bukan maksudku kita benaar-benar tunangan?” tanya Aqila. “Maafkan aku, tapi aku sungguh tidak mengingatnya. Kecelakaan sialan itu mengambil ingatanku tentangmu.” lanjutnya.
Kalaupun aku jawab iya. Kau mungkin takkan memercayaiku. Tapi tak usah khawatir, aku akan membuatmu mengingat semua.” jawab radit lembut sambil memegang tangan Aqila.
Aqila merasakan tangan Radit memegang tangannya. Ada perasaan nyaman saat tangan mereka bersentuhan. “Sudahlah, tak usah kau pikirkan. Nanti kepalamu sakit lagi.” ucap Radit sambil memasukkan pakaian terakhir Aqila ke dalam tas. “Nah! Sudah selesai. Ayo, kita pulang!” kata Radit bersemangat.
**
Hawa dingin pagi ini membuat Aqila tak ingin meninggalkan kasur dan selimutnya yang hangat. Ini adalah hari pertamanya di desa kecil bernama Sorowako yang terletak di ujung Sulawesi Selatan. Desa kecil ini ternyata memiliki banyak kekayaan alam, salah satunya nikel. Tak ayal desa ini memiliki pabrik nikel terbesar, PT VALE Indonesia Tbk. Ibunya sengaja membawanya ke desa ini agar proses penyembuhannya dapat berjalan cepat.
**
Selama sebulan berada di desa ini Aqila merasa nyaman. Entah itu karena tempat ini jauh dari polusi atau karena keberadaan Radit yang selalu ada di sampingnya. Ia merasa optimis ingatannya akan kembali cepat atau lambat. Setiap malam satu per satu ingatannya kembali dan hal itu membuat kepalanya sakit.
Pagi ini seperti biasa Radit sudah ada di depan rumah Aqila. Hari ini ia mengenakan kaos berwarna hitam serta celana jeans yang berwarna hitam pula. Setelah menunggu selama 10 menit, Aqila akhirnya keluar.
Kamu sudah siap?” tanya radit.
Kita mau kemana sih?” tanya Aqila balik.
Ada deh. Nanti kamu tahu sendiri.” jawab Radit.
Terserah kamu aja deh. Asal aku pulangnya selamat.” kata Aqila sambil memajukan bibirnya.
Idihhh ngambek. Kalau aku kasih tahu sekarang nanti nggak sureprise loh.” kata Radit. Setelah itu, Aqila hanya diam dan Radit percaya bahwa diamnya cewek berarti iya. Dan lima detik kemudian mobil yang mereka gunakan melaju menuju Danau Matano.
Aqila sangat senang ketika tahu Radit membawanya ke Pantai Salonsa, salah satu tempat favoritnya selain puncak. Melihat birunya air Danau Matano membuatnya merasa tenang. Sejenak ia dapat melupakan rasa sakit yang kadang datang.
“La. Duduk di sini yuk!ajak Radit sambil menggelar tikar yang datang entah dari mana. Aqila lalu berjalan ke arah Radit lalu duduk tepat di samping Radit.
Cantik banget ya.” ucap Aqila sambil melihat pemandangan indah di depannya. Hamparan air danau yang berwarna biru dihiasi pegunungan hijau di belakangannya.
Iya La, cantik banget.” kata Radit. “La, aku pengen kamu tahu. Aku nggak bakalan maksa kamu buat ingat semua kejadian selama dua bulan yang lalu. Aku bakalan nunggu sampai kamu ingat lagi sama aku.” ucap Radit lembut sambil mengelus rambut Aqila.
Tapi…..” jawab Aqila. ia tidak tahu harus jawab apa. Radit mengerti kebingungan yang terpancar jelas di wajah Aqila. “Aku nggak minta kamu jawab apa-apa. Hmmmm, pergi yuk! Jalan-jalan kita belum selesai.” ajak Radit setelah merasa bahwa mereka telah berada di sana cukup lama.
Mau ke mana lagi?” tanya Aqila penasaran.
Ada deh.” jawab Radit sambil berjalan menuju mobil. Mau tak mau Aqila berjalan cepat mengikuti Radit.
Ternyata Radit membawanya berkeliling Soroako. Mereka menghabiskan sepanjang hari mengunjungi Pantai Kupu-Kupu, Pantai Ide, dan Yacht Club.
Pukul lima sore mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Setelah lima belas menit perjalanan menggunakan mobil, Radit memarkir mobilnya di tempat parker nursery. Nursery adalah tempat pengembangbiakan tumbuhan untuk menggantikan tanam yang ditebang setelah proses penambangan oleh PT VALE. Satu hal yang Aqila sadari selama di Soroako, desa ini memiliki banyak fasilitas umum yang bagus. Lapangan golf merupakan salah satunya. Dalam hati ia memuji pertumbuhan desa ini.
Turun yuk!” ajak Radit. setelah mengucapkan hal itu mereka kemudian turun dari mobil dan berjalan mengikuti jalan setapak.
“Dit, ini kan.” Kata aqila tak percaya saat jalan setapak berubah menjadi agak mendaki. Radit yang mendengar hal itu hanya tersenyum lembut ke arah Aqila.
Setelah berjalan kurang lebih 30 menit, mereka akhirnya sampai di puncak. Semilir angin ketinggian, dan pemandangan yang sangat Aqila sukai.
Kamu kok tahu tempat ini?” tanya Aqila.
Kamu udah pernah ajak aku ke sini sebulan yang lalu.” jawab Radit.
Serius? Kamu nggak bohongkan?” tanya Aqila.
Ngapain juga aku bohongin kamu.” jawab Radit. “Ehh, liat!” kata Radit bersemangat. “Wow!” teriaknya sambil melihat pemandangan indah di bawah sana. Satu persatu lampu-lampu rumah penduduk dinyalakan. Lampu-lampu itu bagaikan bintang-bintang yang ada di langit.
“La.” ucapnya Radit lembut.
“Ya.” jawab Aqila.
“Aku pengen kamu tahu kalau aku sayang banget sama kamu. Aku nggak peduli kalaupun kamu nggak bakalan ingat aku lagi. Aku tetap sayang sama kamu.” ucap Radit lalu mengenggenggam tangan Aqila lembut. Mendengar hal itu Aqila merasa pipinya memerah.
Untung saja ini sudah gelap.” kata Aqila dalam hati.
Pulang yuk! Sudah gelap nih.” ajak Aqila.
Yuk!” jawab Radit.
**
Tanpa Aqila sadari ternyata dirinya jatuh cinta untuk kedua kalinya kepada Radit. walaupun ingatan Aqila tidak pernah kembali namun ternyata perasaan yang ada di dalam hatinya tidak pernah berubah kepada Radit, ia tetap mencintai Radit dengan sepenuh hatinya. True love is always find its way to go back.

*** End ***








Add caption